Compassion (Hidup Berbelas Kasih)

Yolo Booksight #5

Lanjutan kegiatan Yolo Booksight, menceritakan insight yang saya dapatkan setelah membaca buku. Uwuw..

Kegiatan ini baik adanya diinisiasi sama Idola kita semua akak Lona dengan #BacaBikinHebat.

Nah bagi kalian yang baca terus ingin gabung boleh banget langsung aja KLIK SAYA!

Tanpa perlu berlama-lama ini dia insightnya.

Compassion (2012)

Karen Amstrong

Buku Pinjaman yang Sangat Ciamik!

Terima kasih kepada Mas Syarul yang telah memperkenalkan Saya dengan buku ini. Awal mula saya di kenalkan dengan buku ini saat Kami tanpa sengaja bertemu di Stasiun Blimbing saat akan pulang ke Kota tercinta Sidoarjo. hehe 😁.

Saat itu Mas Syaruh menunjukan buku yang penampakannya ini sudah lusuh sekali. Saya tanya “Ini buku siapa, Mas?” Mas Syahrul dengan enteng menjawab, “Pinjam di Boba ‘Boleh Baca’ buku-buku Saya juga dititipkan situ untuk bisa di pinjam orang lain. Jadi lebih bermanfaat.”

Awal Saya membaca penjelasan di dalam buku di bagian sampul depan. Saya berfikir apakah yang dilakukan Mas Syahrul ini juga salah satu bentuk dari Berbelas Kasih?

Selayang Pandang

Dari pemahaman dan sudut pandang yang Saya dapatkan setelah membaca buku ini. Berbelas kasih merupakan dasar ilmu paling utama yang diajarkan oleh seluruh Agama yang mengajarkan kabaikan. Hal ini patut diterapkan dalam kehidupan, apalagi dengan memperhatikan keadaan sekitar saat ini.

Saya merasakan hidup berbelas kasih dengan menerapkan cinta didalamnya sedikit bias akhir-akhir ini. Karen Amstrong menggabungkan pengetahuan dari berbagai sudut pandang teologis macam-macam keagamaan, sains, dan biografi dari berbagai tokoh terkemuka pecinta damai dunia.

Sehingga buku ini dapat dicerna dengan nyaman tanpa prasangka. Ngomongin soal prasangka pada awal bagian buku ini juga Karen Amstrong menyarankan untuk membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari berbagai latar anggota yang berbeda untuk saling memperkaya pemahaman serta menjadi lebih terbuka dengan informasi yang diberikan oleh buku ini.

Saya tidak membuka kelompok diskusi ketika melahap buku ini. Saya mendatangi beberapa teman-teman Saya dan mengajak mendiskusikan sebuah topik yang berhubungan dengan bab yang saat itu saya baca. Saya takjub, bukan main! Bagaimana buku ini bisa lebih membuat saya meluaskan pandangan, belajar menyingkirkan “Aku-Duluan” dan belajar Memberikan Tempat Buat Orang Lain!

Mari Mengenal Belas Kasih

Berbelas kasih dalam buku ini bertujuan untuk membentuk menjadi Manusia Matang.

Manusia Matang (REN) artinya manusia yang secara konsisten melakukan yang terbaik bagi orang lain (Zhong) dengan memiliki tenggang rasa (Shu). Jika di gambarkan akan seperti ini.

Manusia Matang (Ren) adalah manusia yang menanggalkan unsur bawaan watak primitif manusia dengan memadamkan Nafsu, Keinginan dan Keegoisan.

Watak Primitif dan dasar manusia didorong oleh Otak Reptil. Otak Reptil sering juga dikatakan dengan Otak Tua, atau Otak Primitif.

Otak reptil berukuran lebih kecil dari bagian otak lain. Namun mendorong reflek instingtual dengan sangat kuat. Mekanisme yang di dorong oleh otak reptil disebut dengan 4F yakni Fight (Menyerang), Flight (Kabur), Food (Mengkonsumsi) & Fuck (Dorongan untuk Berkembang Biak). Empat Mekanisme ini kemudian akan mendorong lagi hasrat Nafsu, Keinginan serta Keegoisan.

Source: Google Image

Coba Saya bertanya dan ayok kita berandai, Pernahkan Anda melihat atau membaca berita tentang sebuah acara pembagian sembako yang diwarnai dengan ketidaktertiban penerima sembako, berakhir pada kejadian kerusuhan lalu ada yang terdesak lalu ada yang saling memukul dan mencakar hingga sampai pada akhirnya ada yang terinjak-injak parahnya lagi sampai meregang nyawa? Menurut Anda apakah yang mendorong hal tersebut bisa terjadi? Mengapa hal itu bisa terjadi?

Dorongan tersebut bisa jadi karena insting primitif penerima sembako dalam keadaan membara. Sebagai manusia hal tersebut wajar terlebih karena peranan faktor dari luar seperti keadaan ekonomi, kemauan bertahan hidup, ketakutan dari masing-masing penerima sembako yang kita sendiri bahkan tidak memikirikannya atau merasakannya. Insting Primitif yang membara dan ‘bumbu’ dari faktor luar mengakitbatkan sebuah sistem “AKU DULUAN” dalam pikiran.

Lantas, seperti apa Belas kasih itu sendiri? Konsep berbelas kasih itu seperti yang diawal Saya sebutkan harus dan mau untuk memadamkan Nafsu, Keinginan dan Keegoisan. Tidak tunduk dalam kendali otak reptil yang sangat kuat. Berbelas kasih artinya juga menyingkirkan sistem “AKU DULUAN”. Mari kembali ke perandaian diatas dan renungkan pertanyaan ini: Bagaimana jika yang terjadi apabila semua yang terlibat dalam acara tersebut memiliki belas kasih? Akan seperti apa jadinya acara tersebut jika semua anggota yang terlibat menyingkirkan sistem “AKU DULUAN”?

Buku ini memberikan langkah panduan secara berurutan bagaimana kita dapat menerapkan hidup berbelas kasih serta berlatih untuk memadamkan mekanisme dari otak reptil, otomatis akan memberikan kesempatan kepada diri kita untuk lebih merasakan kebahagiaan yang sejati.

Belajar tentang Belas Kasih

Buku ini mengejarkan berbagai macam sudut pandang belas kasih dari berbagai ilmu agama seperti Kristen, Yudaisme, Islam, Buddha, Hindu Bahkan Teologi Cina. Tidak hanya agama disebutkan juga bahwa pandangn filsuf tentang belas kasih serta sains dari belas kasih itu sendiri.

Saya akan menyimpulkan dari yang Saya tangkap di Buku ini.

Belas Kasih adalah Tuhan.

Kasih adalah wajah Tuhan, di pelbagai Agama. Selalu mengajarkan tentang cinta untuk mengasihi baik itu sesama makhluk hidup juga mengasihi Tuhan itu sendiri.

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Kejadian 1:27

Kutipan Ayat Alkitab diatas menyatakan bahwa Manusia diciptakan menurut Gambar Allah (Tuhan) itu artinya Belas kasih sudah ada dalam diri setiap Manusia. Karena manusia itu sendiri memiliki Roh atau Nurani untuk memancarkan energi kebaikan seperti keamanan, kebahagiaan, kesetiaan, cinta, kedamaian dll yang adalah sifat kabaikan dari Tuhan.

Manusia Matang (REN) adalah gembaran utuh untuk mendekat dan menyamakan sifat dan watak belas kasih Tuhan. Manusia matang (Ren) dapat dilatih secara konsisten dengan menerapkan salah satu disiplin Meditasi tentang 4 pikiran tak terukur dari cinta yang ada. Diajarkan oleh Buddha tahun 470-390 SM.

  1. Maitri “Cinta Kasih” Keinginan untuk menghadirkan kebahagiaan untuk semua makhluk.
  2. Karuna “Belas Kasih” Tekad untuk membebaskan semua Mahkluk dari penderitaan mereka.
  3. Mudita “Sukacita Simpatik” Yakni dengan bergembira dalam kebahagiaan orang lain.
  4. Upeksha “Pikiran yang Adil” Ketenangan yang memungkinkan kita mengasihi semua Mahkluk secara merata dan tidak memihak.

Belas Kasih Lebih Mengutamakan Orang Lain

Ada sebuah kutipan kalimat dalam buku ini yang membuat saya terhenyak kurang lebih seperti ini

Jika Anda ingin jabatan dan pangkat dalam hidup Anda, maka bantulah orang mendapatkan jabatan dan pangkat dalam hidup mereka.

Konfusius | Comppasion – Belajar Belas Kasih

Mengutamakan orang lain berarti dengan selalu memberikan yang terbaik dalam diri kita untuk orang yang kita bantu.

Belas Kasih adalah ujian spiritualitas sejati

Jika Anda perhatikan dari awal ulasan Saya, Belas Kasih ini mendorong kita untuk mati-matian menekan mekanisme insting bertahan hidup manusia. Kalo di Agama Kristen bilang dalam Manusia itu ada Roh dan Daging selalu bertentangan. Dimana Daging ini menggambarkan mekanisme Otak Reptil Manusia.

Itulah mengapa Belas Kasih adalah ujian spiritualitas sejati. Dalam pemahaman Saya Belas Kasih ini juga mengajarkan untk berfikir dan merasakan cukup.

Lihatlah Dunia Anda Sendiri

Untuk menerapkan belas kasih tidak perlu kita pergi jauh ke Negera yang sedang mengalami Musibah. Mulailah dari apa yang ada di sekitar kita saat ini. Coba dari keluarga sebagai komunitas paling kecil di dunia. Cobalah untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan seperti :

  1. Apakah yang Saya rasakan dalam keluarga saya?
  2. Apakah dalam keluarga saya masih ada ketakutan?
  3. Mengapa hal itu terjadi?
  4. Dalam keluaga apakah ada anggota yang merasakan menderita?
  5. Apakah dalam keluarga kami saling memperhatikan?
  6. Apakah masih ada dalam keluarga kita yang merasakan kesepian?
  7. Adakah anggota keluarga yang berlaku tidak hormat satu sama lain?
  8. Bagiamana peran saya dalam memperlakukan orang lain?

coba untuk menggali dan menvisualkan keadaan keluarga kita lalu relasikan dengan meditasi 4 pikiran tak terukur. Lalu rasakan apa yang selanjutnya dapat diberikan.

Berbelas Kasih Pada Diri Sendiri

Manusia pada dasarnya adalah PENAKUT. Perasaan takut atau menjadi penakut ini mengaktifkan 2 dari 4 pikiran mekanisme bertahan hidup dalam Otak Reptil Manusia yakni Kabur dan Melawan. Dalam mode PENAKUT, manusia menjadi awas/waspada terhadap orang lain. Sehingga tidak merasakan belas kasih terhadap orang lain. Malahan yang terjadi manusia melihat diri sendiri sebagai pengecut, jijik, dan menyalahkan diri sendiri.

Berbelas kasih pada diri sendiri berfungsi untuk mengatur kasih yang akan kita salurkan kepada orang lain.

Hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Matius 19:19

Cara untuk berbelas kasih pada diri sendiri dan mamadamkan egoisentris adalah dengan metode berikut ini:

  1. Maitri (Persahabatan) Perhatian potensi yang ada dalam diri, betapa banyak kedamaian, kebahagiaan, dan kebajikan yang sudah dimiliki.
  2. Hadirkan/ sadari rasa kemarahan, ketakutan kecemasan dan lihat akarnya. Apakah hal itu terjadi karena adanya penolakan, pengkhianatan, atau rasa sakit lain yang dialami. Lalu kesampingkan semuanya dengan lembut dan masukan belas kasih (karuna) dengan memaafkan diri sendiri.
  3. Kemudian hadirkan suka cita (mudita) pada perasaan diri setelah mengampuni. Nikmati hal-hal yang membawa sukacita dan rasa syukur seperti kesehatan yang baik, keluarga yang lengkap, teman-teman menyenangkan, pekerjaan yang baik, atau kesenangan-kesenangan kecil dalam hidup.
  4. Pandang diri dengan pikiran yang merata (upeksha) atau perasaan tidak terikat seperti contohnya Anda memiliki kelemahan, begitu pula yang terjadi dengan orang lain sehingga Anda layak mendapatkan persahabatan, sukacita dan belas kasih.

Empati

Empati artinya merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam berbelas kasih kita perlu menempatkan diri pada posisi orang lain sehingga kita dapat benar-benar merasakan apa yang orang lain rasakan sehingga kita tidak memiliki prasangka dan menjadi lebih peka terhadap penderitaan orang lain.

Maindfullness (Perhatian Penuh)

Perhatian penuh atau Mindfullness memberikan latihan pada diri untuk mengontrol pikiran sehingga dapat membentuk kecenderungan yang sudah tertanam dan memupuk yang baru.

Ketika tidak mengontrol atau mempusatkan pikiran dengan perhatian penuh tentang emosi yang sedang mengalir maka menyebabkan kreatifitas yang dimiliki menjadi menyusut. Contohnya: Ketika dalam kebencian, kekangan atau marah karena permusuhan yang terjadi Kita hanya mempusatkan pikiran kita pada diri sendiri dan kehilangan perspektif (sudut pandang) yang lebih luas.

Sikap Perhatian penuh atau Mindfullness harus dijadikan kebiasaan dengan cara menjalankan hidup pada masa sekarang secara utuh.

Tindakan

Menerapkan belas kasih, perlu disertai dengan tindakan. Membiasakan untuk berperilaku sesuai dengan perhatian penuh secara sungguh-sungguh. Tindakan apa saja yang perlu dilatih?

  1. Memperlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan. Buatlah tindakan kecil tanpa nama, tak diingat dan cari kesempatan untuk membuat suatu titik waktu dalam kehidupan orang lain.
  2. Jangan lakukan pada orang lain, apa yang Anda tidak ingin orang lain lakukan pada diri Anda. Apabila ini berhasil dilakukan maka dalam diri Anda akan terjadi transendensi Ego.
  3. Mengubah Pola Pikir. Bila Anda terjebak dalam kemarahan, kebencian dan rasa rendah diri. Coba lihat sudut pandang lain seperti melihat berkah yang didapat, cinta, dan nyatakan semuanya itu dalam rasa syukur.

Konsistenkan 3 tindakan diatas untuk meningkatkan quantitas Anda dalam berbelas kasih. Apabila 3 langkah tersebut ada yang lalai maka jangan menyalahkan diri Anda. Berikan belas kasih pada diri Anda dan tersenyum lalu putuskan untuk melakukan esok lebih baik.

Betapa Sedikit yang Kita Ketahui

Meluangkan tempat untuk yang lain

Compassion

Sadari bahwa sebenarnya kita hanya mengetahui sedikit sekali. Betapa jarang sekali kita “meluangkan tempat untuk yang lain” dalam interaksi sosial. Sering kali kita memaksakan pengalaman dan keyakinan sendiri tentang orang maupun peristiwa.

Kita hidup dalam Alam Semesta yang bekerja secara misterius dan kadang susah untuk dijelaskan. Pandangan kita tentang orang lain sering diwarnai oleh kebutuhan, ketakutan, ambisi dan keinginan kita sendiri. Kita tidak akan pernah benar-benar mengenal orang lain.

Dalam berbelas kasih meluangkan tempat untuk yang lain adalah

  1. Untuk mengenali dan menghargai yang tidak diketahui dan tidak bisa diketahui.
  2. Untuk menjadi peka terhadap pernyataan yang terlalu yakin tentang kepastian dalam diri sendiri dan orang lain, dan
  3. Untuk membuat kita sadar akan misteri numinus setiap manusia yang kita jumpai.

Bagaimana seharusnya kita berbicara dengan sesama?

Sadarkah ketika mengungkapkan ide atau pendapat kita sering melekatkan kita pada ide-ide tersebut? Sehingga yang terjadi kita enggan menerima kritik dan membalas apabila ide kita diserang.

Kita banyak mengadopsi cara pandang yunani kuno yang suka berkompetitif. Dalam buku ini kita belajar untuk bagaimana seharusnya kita berbicara dengan sesama.


Berbicara dengan sesama menggunakan metode Socratic yakni mengiring pertanyaan ke arah pencerahan pribadi ketimbang mengulangi fakta-fakta sebagai mana tampaknya oleh Kita.

Dialog Socrates
  1. Kita perlu mendengarkan. Mendengarkan yang sejati bukan hanya mendengarkan kata-kata yang diucapkan namun menjadi waspada terhadap pesan yang mendasari dan mendengarkan apa yang tidak diucapkan dengan keras.
  2. Berbicara dengan dermawan. Dermawan artinya Sabar dan Ramah dalam pembicaraan kita tidak terkandung atau menggelembungkan kalimat yang menyombongkan, pengandung keangkuhan, ucapan kasar ataupun sindiran.
  3. Perhatikan apakah dalam berbicara kita menjadi cepat tersinggung atau menjadi iri hati. Hati-hati terjerumus dalam tingkat intoleransi ketika berbicara dengan sesama.
  4. Perhatikan juga apakah dalam berbicara kita terhanyut oleh kepintaran sendiri? Apakah kita berbicara untuk sengaja memberikan rasa sakit pada lawan? Apakah arah pembicaraan kita mengembangkan ke argumen yang bertujuan pengembangan lebih baik atau malah memperburuk situasi?

Kepedulian Untuk Sesama

Berbelas kasih dalam memberikan kepedulian untuk sesama adalah sebuah pengakuan berprinsip dan berorientasi praktis pada kesetaraan mutlak umat manusia.

Jangan menjadi bodoh dengan mengkotak-kotakan berdasarkan asas kesukuan atau pada golongan aliran tertentu. Karena sejatinya kita semua sama dan dalam belas kasih tidak saling menyakiti.

Saling Mengenal Satu Sama Lain

Menumbuhkan belas kasih untuk bisa peduli dengan sesama, kita perlu memperkaya pengetahuan dengan saling mengenal satu sama lain. Ingatlah! bahwa konflik jarang merupakan kesalahan satu pihak saja. Semua peserta dalam suatu konflik menamburkan karma buruk pada masa lalunya dan pada masa mendatang yang akan menuai hasilnya.

Mengenal satu sama lain ini mengajarkan kita untuk berbelas kasih memberikan tempat untuk yang lain dan meluaskan padangan kita yang sebenarnya hanya sedikit yang kita ketahui. Melatih hal ini akan mempersempit proses prasangka yang ada dalam diri kita.

Pengakuan

Mau memberikan pengakuan merupakan langkah dari berbelas kasih untuk menghentikan ego. Dengan memberikan Pengakuan kita sedang mengulurkan tangan dengan murah hati untuk merangkul penderitaan orang lain dengan kelembutan dan kelenturan.

Cintailah Musuhmu

Selesaikan, tetapi jangan jemawa; Selesaikan, tetapi jangan membual; Selesaikan, tetapi jangan sombong; Selesaikan, tetapi hanya jika tidak ada pilihan; Selesaikan, tetapi jangan mengintimidasi

Daodejing

Kita dapat menghentikan lingkaran setan serangan dan serangan balasan yang kini membelenggu dunia hanya jika kita belajar untuk menghargai kebijaksanaan menahan diri terhadap musuh.

Berbelas kasih dengan mencintai musuh akan menghentikan perseteruan seperti yang dilakukan oleh Gandhi dimana hanya beliau yang menghentikan peperangan tanpa kekerasan dan mengampuni serta tidak membalas.

“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.

Lukas 27-31

Wah, Cukup panjang yaaaa… Sebenarnya masih banyak insight yang bisa didapat dari Buku ini. Saya senang sekali buku ini. Karena ini buku pinjaman jadi harus dikembalikan. Saya mau mencari bukunya dan membeli buku ini untuk saya baca kembali yang siapa tau insight nya makin meluas di tulisan saya yang lain.

Terima kasih, jika Anda membaca sampai akhir kalimat ini. Saya berdoa supaya Anda dapat juga menerapkan Belas Kasih, dan bisa hidup di dunia penuh dengan belas kasih bersama Anda bukankah sangat menyenangkan?

One Comment

  • Ranggi Ramadhan

    “Ingatlah! bahwa konflik jarang merupakan kesalahan satu pihak saja.”

    Setuju banget, perasahaan terhina akan timbul jika salah satu pihak “merasa terhina”, alangkah indahnya jika kita bisa berpikir jernih dan bijak dalam bertindak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *