Yolo Booksight Febriari 2019 : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat – Mark Manson

Yolo Booksight! #2

Lanjutan kegiatan Yolo Booksight, menceritakan insight yang saya dapatkan setelah membaca buku. Uwuw..

Kegiatan ini baik adanya diinisiasi sama Idola kita semua akak Lona dengan #BacaBikinHebat.

Nah bagi kalian yang baca terus ingin gabung boleh banget langsung aja KLIK SAYA!

Tanpa perlu berlama-lama ini dia insightnya.

Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat (Oktober 2018)

Mark Manson


Apakah Bodo Amat itu Sama Dengan Cuek?

Dalam KBBI kata masa bodo dapat diartikan sama dengan cuek. Buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” Karya Mark Manson ini menjadi buku bukan mengajarkan kita secara harafiah untuk bersikap tidak peduli dan tidak acuh.

Menurut saya buku ini sering menyentil kenyataan yang sering kita lakukan. Apa saja tuh?


Sering Menghindar dari Masalah

Saya yakin 100% Orang hidup pasti tidak menyukai yang namanya masalah. Setelah membaca buku ini saya teringat pada satu kejadian pernah terjadi dalam hidup saya ketika menghindar dari masalah.

Dulu semasa saya masih duduk di bangku SMP, saya pernah mendapat nilai 28 untuk mata pelajaran fisika, hal ini terjadi karena ujian dadakan. Dari semua murid yang pada saat itu benar-benar tidak ada yang siap untuk ujian, nilai 28 adalah nilai terendah nomor 3 di kelas saya nilai tertinggi hanya 60.

Guru fisika pada saat itu meminta untuk mengumpulkan kembali lembar jawaban dengan bubuhan sudah ada tanda tangan orang tua disamping nilai. Karena saya malu dan lebih takut amukan Mama saya, akhirnya saya membentuk koalisi Siswa Takut Mama. 

Koalisi ini bertujuan untuk saling menukar kertas ujian masing-masing untuk selanjutnya meniru tanda tangan orang tua kami masing-masing. Berhasil? Ya, sampai sekarangpun Guru Fisika saya tidak menyadari dan Mama saya sampai sekarang tidak pernah tau saya pernah dapat nilai 28. (hanya kalian yang tau jangan bilang Mama yaa…)

Dalam bukunya, Mark Manson menyebutkan bahwa kita sering untuk menghindari masalah dari pada menerima dan berani menghadapinya. Mengapa menghindar dari masalah?

Karena kebahagiaan adalah sumber dari Masalah

memiliki standar kebahagiaan merupakan sumber dari berbagai masalah yang timbul. Jika di analisa dari pengalaman saya akan seperti ini. Saya bahagia ketika minimal nilai mapel saya diatas 85. Saya bahagia ketika nilai saya bisa diatas teman-teman saya. Saya bahagia ketika Mama saya akan tersenyum pada saya dan berkata “Pintarnya anak Mama” lalu menceritakan pada tetangga. Saya bahagia ketika guru saya akan berkata “good job, Yolanda!” dan masih banyak kebahagiaan-kebahagiaan lain yang akan saya rasakan karena standar yang saya tetapkan.

Dengan kenyataan nilai saya yang jauh dari standar yang sudah saya tetapkan pada ujian dadakan tersebut. Saya lebih memilih untuk menghindari masalah dari amukan Mama saya.

Masih satu kejadian yang ada diingatan saya. yang sebenarnya secara sadar atau tidak sadar sayapun pasti sering melakukan hal ini.

Bertanggung Jawab Pada Hal-hal yang Tidak Perlu

Hahaha.. ini nih yang sering terjadi pada orang-orang baik. Bertindak sebagai penyelamat dengan mengambil tanggung jawab yang sebenarnya bukan untuk kita selesaikan.

Seperti apatuh tanggung jawabnya.. banyak contoh kasus pribadi yang sering saya alami. Intinya karena saya masih bias dan tidak memiliki batasan yang kuat antara apa yang memang benar-benar baik untuk saya dengan yang baik menurut pandangan orang lain terhadap saya.

Untuk hal ini, coba saja merefleksi secara pribadi terkait batasan-batasan yang ada pada diri masing-masing dan apa yang benar-benar terbaik untuk diri sendiri.

EGOIS DONG!!! bukan-bukan hal ini sangat berbeda. Bukan tentang Egois untuk tidak memberikan bantuan terhadap orang lain. Namun perlu disadari memberikan bantuan bukan berarti kita mengambil alih tanggung jawab orang lain.


Jadi apakah bodo amat itu sama dengan cuek?

Menurut saya untuk konteks bodoh amat yang ada pada buku ini tidak menyuruh kita bersikap tak acuh terhadap apapun (cuek). Melainkan untuk ;

  • Menerima dengan kerendahan hati untuk masalah yang dihadapi
  • Merenungkan kembali nilai yang dipegang dalam menentukan apa yang terbaik untuk diri sendiri.
  • Menuntaskan dan berani bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam kehidupan pribadi.
  • Mampu untuk menentukan dan memprioritaskan sesuai batas yang jelas tidak bias.
  • Mengutarakan kejujuran
  • Memberikan pertolongan atas keinginan tulus, bukan karena ada sesuatu yang ingin dicapai.
  • Mampu memprioritaskan dan memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk kehidupan pribadi

Nah, itulah insight dari buku yang saya baca, jadi apakah menurut kalian bodo amat itu sama dengan cuek?? Sampai jumpa di #YoloBooksight selanjutnya Salam cinta. Muuuaaahhh!!!! ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *