Sedari Dini

Selesai ibadah di Gereja, saya duduk di bangku sambil memperhatikan sekitar. Banyak sekali perubahan dalam pengamatan saya selama saya tak bergereja di dekat rumah ini. Dari para anak-anak yang beranjak remaja, bangunan gereja yang semakin bagus, serta beberapa fasilitas yang hampir terlengkapi.

Ketika saya hanyut dalam pengamatan tersebut, seorang anak perempuan tomboy duduk menyapa saya. Kami pun mulai mengobrol dan menanyakan kabar. Anak perempuan ini menurut saya termasuk anak yang bongsor di usianya, memiliki rambut pendek dan menggunakan pakaian celana jeans serta kaos.

Ia mulai bercerita tentang kegiatannya mengulikuti les drum, bercerita tentang teman-temannya dan menanyakan hal-hal yang lucu. Saya nyaman berbincang dengan anak ini karena ternyata kami memiliki selera yang sama. Saya merasa saya berbicara didepan cermin, melihat diri saya sendiri di usia itu walau dulu saya tidak bongsor. Hehe!

Di tengah kami asik mengobrol layar HP saya menyala, pada saat itu juga wallpaper HP saya memperlihatkan foto lelaki korea ganteng kesukaan saya “JIN BTS”. Melihat hal itu anak perempuan ini mengernyitkan dahinya dan menghardik saya.

Yeeekk! Seneng Cowok Plastik!” hardiknya. Saya kaget mendengar hardikannya. Sayapun bertanya mengapa dia mengatakan hal itu. Diapun bercerita bahwa ‘semua’ idol di korea melakukan operasi plastik, tidak asli dan berdosa di mata Tuhan. Kembali saya bertanya dari mana dia mendapatkan informasi seperti itu. Ia pun kembali dengan polosnya bercerita tentang semua informasi yang ia dapat dari browser, social media, bahkan teman-temannya sering membicarakan hal itu di sekolah.

Melihat hal tersebut saya sedikit bergindik. Disini saya sadar anak perempuan ini menelan banyak informasi mentah yang bahkan belum cocok untuk usianya. Informasi mentah tanpa arahan dan penjelasan seperti ini yang pada akhirnya membentuk pola pikir “genaralis judgmental” serta sudut pandang anak tersebut.

Setelah si anak tersebut puas menyampaikan pendapatnya. Saya pun mulai menanggapi dan memberikan pengertian bukan hanya tentang informasi yang dia dapat namun juga untuk tidak mensama ratakan opini pada satu object ke yang lainnya.

Dari kejadian ini, saya kembali melihat diri saya. Terkadang hal ini terjadi tidak hanya pada anak kecil saja, tetapi juga orang dewasa dengan pola pikir yang terbentuk sedemikian rupa sedari dini. Maka dari itu penting sebagai orang dewasa untuk membantu menanamkan pola pikir yang baik kepada anak-anak disekitar kita. Tidak cukup hanya pada keluarga, memiliki sikap sadar bahwa kita adalah bagian dari lingkungan mereka merupakan dorongan motivasi untuk menanamkan pola pikir yang baik juga.

Sedari dini memiliki pola pikir baik, dewasa nanti menjadi pendamai diseluruh negeri.

#30HariBercerita #30HBC2005

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *