MENDAKI RINJANI VIA SEMBALUN
21 November 2019, Pagi hari di desa Sembalun yang sejuk. Desa yang menurut saya luar biasa karena dikelilingi oleh banyak bukit tinggi dan gunung. desa yang tenang di pagi hari sambil menikmati teh hangat dan mendengar kicauan burung.
Saya di Sembalun menginap di salah satu rumah kenalan Kak Surya. Kak Surya merupakan ketua rombongan kami untuk pendakian kali ini karena beliau sudah sering melakukan pendakian ke Rinjani yang merupakan teman dari Bang Gon dan Kak Yunita. Selain Kak Surya saya juga berkenalan dengan Kak Yusran, Kak Husnul, dan Kak Arif yang tinggal di Lombok. Saya juga mengajak kawan dari Lombok Azmi dan Bang Lukman. Sedangkan saya sendiri datang ke Lombok bersama Bang Gon, Kak Yunita, dan Topan. Kami bersepuluh bersiap untuk mendaki Rinjani.
Untuk sampai ke pintu masuk area pendakian, kami menyewa Pickup yang akan mengantar dan menjemput kami nanti setelah usai mendaki. Pukul 8:00 WIB Pickup yang akan mengantar kami sudah siap sedang kami masih sarapan mengisi tenaga.
Selama perjalanan menuju pintu masuk pendakian dan pendaftaran di Taman Nasional Gunung Rinjani, kami disuguhkan pemandangan yang indah serta udara yang menyegarkan. Di atas mobil Pickup saya memilih utuk berdiri dibanding duduk karena sangat menyenangkan bila naik mobil Pickup dengan berdiri menikmati pemandangan dan angin yang menampar wajah saya.
Usai pendaftaran untuk mendaki, kami diantar ke Bawa Naong. Tidak seperti yang saya bayangkan dimana akan ramai pendaki seperti Gunung Semeru. DI Bawa Naong hanya ada rombongan kami untuk memulai pendakian dengan pemandangan langsung seperti tanah lapang yang luas. Kami melewati peternakan babi dan kuda sebelum memasuki hutan.
keluar dari hutan, kami disambut tanjakan bukit pemanasan, yang mana bukit ini terdiri dari tumpukan batu karst yang lumayan terjal untuk ukuran sebuah bukit. Bukit pemanasan menjadi ujian fisik pertama saya dan rombongan karena selain terjal, terik mataharinya bisa mambuat pingsan. Sesampainya diatas bukit ada sebuah gubuk kecil yang digunakan oleh para tukang ojek mengantar pendaki tanpa harus melewati bukit pemanasan. Oiya, kami sebelumnya tidak tahu kalo ada jasa ojek yang akan mengantar sampai ke atas bukit pemanasan bahkan ada ojek yang sanggup mengantar hingga Pos 1 dengan biaya Rp. 250.000-Rp. 400.000.
Sebagai pendaki yang terbatas dengan budget tentu kami mengurungkan niat untuk menggunakan jasa ojek ini dengan dalih menikmati perjalanan perndakian (epreketek!)
Dari gubuk bukit pemanasan kami masuk ke dalam hutan sejauh 3 KM yang cukup meneduhkan dengan trek landai disini saya merasa sangat senang karena selain teduh dan landai saya bisa berjalan lebih cepat. Keluar dari hutan kami disambut hamparan tanah lapang atau savana yang sama sekali tidak ada Pohon selama perjalanan sampai ke Pos 1. Selama perjalanan saya bertemu banyak sapi dengan trek landai, turun, mendaki yang tidak begitu ekstream. musuh saya satu-satunya hanya panas matahari.
Saya sampai di Pos 1 lebih dulu dari rombongan, saya bertemu pendaki dari Kanada dan beberapa pendaki yang sedang beristirahat di Pos 1. kami sempat bercengkrama dan berbagi perbekalan untuk memulihkan tenaga. Setelah semua rombongan berkumpul di Pos 1, Kak Yunita membuka coklat bar untuk di bagikan tapi apa daya karena kami lengah sekantong coklat bar tersebut diambil dengan cepat oleh warlok (monyet). Menuju Pos 2 kami melewati trekking mendaki dan menuruni bukit-bukit kecil dengan savana sekali lagi tanpa pohon.
Di Pos 2 terdapat sumber air, disini kami beristirahat dan mengisi botol-botol kosong untuk digunakan dalam memasak. Kami berhenti di Pos dua sekitar 2 jam karena istirahat makan dan juga karena ada salah satu teman kami yang mengalami kram kaki.
Menuju Pos 3 perjalanan kami melewati lebih banyak tanjakan dan turunan yang lebih curam dari treking sebelumnya. Saat menuju Pos 3 ini saya sempat salah jalur dimana jalur itu sudah tutup karena longsor. Saat perjalan ini sebelumnya Rinjani mengalami banyak longsor dan kebakaran karena kemarau. Kami juga melewati sungai mati dengan banyak batu besar sebagai rintangan. Keluar dari Sungai mati kami harus menghadapi trek menanjak yang membuat geleng-geleng kepala. Banyak jalur tidak santai ketika menuju ke Pos 3.
Sampai di Pos 3 kita beristirahat dan menikmati camilan. awalnya kami memutuskan untuk camp di Pos 3 tapi ternyata untuk menuju pelawangan masih jauh jadi kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 4. Disini Trekking mulai tidak santai sama sekali, banyak menanjak dan terjal hanya saja tidak panas seperti perjalanan sebelumnya. Kami sampai di Pos 4 tepat saat matahari mulai pulang ke peraduan. Disini angin mulai kencang Pos peristirahtan yang disediakan di Pos 4 tidak atap sama sekali menandakan bahwa angin kencang mampu menerbangkan atap triplek besi di Pos 4. Untuk itu kami camp di tempat yang agak rendah dengan merapatkan jarak tenda.
Malam hari di Pos 4 setelah menikmati makan malam, kami beristirahat angin malam di Pos 4 sangat kencang sekitar pukul 1 malam hujan datang namun hanya sebentar tidak begitu deras namun bisa menerbangkan flysheet yang kami pasang untuk mengurung tenda. Usai Hujan saya tidur nyenyak sekali hingga pagi datang seingat saya Azmi terjaga Malam hari sampai Subuh baru dia bisa tidue sampai jam 7 pagi.
Pagi Hari di Pos 4 banyak Warlok (monyet) menghampiri tenda kami. Bang Lukma mengambil inisiatif untuk membuat suara berisik agar monyet menjauh dari tenda kami. Kami menjemur PDL kami. dan bersiap untuk sarapan dan melanjutkan perjalanan menuju pelawangan.
Pukul 10:00 Wita kami melanjutkan perjalanan ke Ke pelawangan. Trekking yang kami hadapi kali ini menanjak bukit dan memasuki hutan pinus, lalu menuruni bukit dan menaiki bukit berpasir disini saya jadi ingat ketika summit attack di Semeru. Pasir tebal yang bisa membuat kaki tenggelam samapi betis. hanya saja tidak sepanjang summit di Semeru kami melewati jalur ini sepanjang 1 KM lalu memasuki hutan tanaman pohon yang tidak terlalu tinggi.
2 jam lebih kami akhirnya sampai di Pelawangan. Saya senang sekali ketika sampai disini karena akhirnya tanjakan melelahkan sudah berakhir. Kamipun memutuskan Camp dan beristirahat di sini yang selanjutnya Dini harinya kami lanjutkan untuk summit attack.
Summit Rinjani, kami lakukan subuh sekitar pukul 4 pagi, awal rencana kami ingin melakukan summit di pukul 2 pagi agar sampai pada punggungan saat sunrise, tapi angin dan badai tidak terkondisi. Kami sempat berdiskusi untuk mengurungkan niat summit mengingat Angin kencang demi keselamatan bersama. Puji Tuhan, pukul setengah 4 angin mulai mereda dan kamipun membulatkan tekat untuk melanjutkan perjalanan.
Saat Summit cuaca di perjalanan sangat dingin dan angin yang tidak berhenti berhembus. Baru kali ini saya merasakan angin yang bisa mendorong saya. Saat melewati jalur punggungan angin sempat mendorong saya hampir jatuh ke sisi jurang. Beruntung Azmi dan Bang Lukman ada di Belakang dan Di depan saya sehingga saya di pegang mereka berdua. Kami terbagi menjadi 2 tim yakni tim Puncak dan punggungan. Teman-teman yang sampai punggungan memutuskan untuk kembali turun setelah mereka puas menikmati pemandangan. Sedang tim puncak melanjutkan perjalanan.
Saat matahari mulai menyingsing yang saya rasakan malah mengantuk dan kedinginan, Azmi dan Bang Lukman bilang kalo ini gejala Hipotermia, saya dilarang untuk tidur, tiap akan memejamkan mata saya kalo ga ditampar atau badan saya di goyang-goyang akar tetap sadar. Hal ini membuat badan saya sangat lemas karena harus melawan rasa kantuk dan dingin yang luar biasa. walaupun matahari menghangatkan tapi saya tetep kedinginan, saya tidak berani membuka sarung tangan karena kata teman mulut saya agak membiru.
Ini adalah pengalaman pertama saya hipotermia. Sekuat tenaga saya berusaha untuk menyadarkan diri dan terus berjalan walau pelan-pelan. Teman-teman sudah sampai puncak duluan, saya menjadi orang terakhir yang mencapai puncak. Sampai di puncak saya tidak bisa menahan haru dan menagis sejadi-jadinya. Saya sampai di Puncak Gunung tertinggi Provinsi Nusa Tenggara Barat.