Ketika Berada Dalam Persimpangan
Yuhuuuu.. Selamat Pagi…. Pernah tidak kita berdiri di sebuah persimpangan?
Kata persimpangan adalah kata gabungan dari kata dasar Simpang yang memiliki arti
simpang/sim·pang/ n 1 sesuatu yang memisah (membelok, bercabang, melencong, dan sebagainya) dari yang lurus (induknya); 2 tempat berbelok atau bercabang dari yang lurus (tentang jalan): sumber http://kbbi.web.id
Analogi persimpangan yang saya maksutkan, merupakan keadaaan atau situasi dimana kita harus melakukan pengambilan keputusan terhadap pilihan-pilihan yang ada dalam kehidupan kita.
Nah, Saya pun saat ini berada dalam persimpangan tersebut. Jujur saja saya merasakan pengambilan keputusan itu tidak mudah dan harus berani. Seperti siap dengan segala konsekuensi yang ada, dampak yang akan saya terima dari keputusan saya, siapa saja yang akan merasakan dampak dan akan jadi seperti apa hasil yang akan di dapat.
Kegalauan saya akhirnya terjawab ketika saya mendengarkan podcast di Spotify “Thirty Days Of Lunch” Episode 14 Temanya “Life at the Cross Road”. Narasumber yang diundang adalah Ivandeva Wing. Saya awalnya tidak tahu siapa beliau sampai kemampuan stalking saya kerahkan, akhirnya.. Busseeeettt!!!! Saya kagum dengan beliau.
Saya merasa terdorong untuk membagikan tema kali ini karena menurut saya, dalam bahasa gaulnya “Gue Banget!” dan saya ingin teman-teman yang membaca tulisan saya pun juga sadar dengan hal ini. Jadi selamat menikmati catatan saya.
Tenang! ini semua merupakan Kesempatan
Semua orang pasti merasakan berada dalam persimpangan, mungkin saat ini anda merasakan tengah memutuskan satu dari pilihan yang ada di depan anda. Perasaan yang akan timbul ketika berada di persimpangan ini seperti bingung, cemas, takut, marah dan kesal. Hal itu perlu anda nikmati karena sebenarnya persimpangan merupakan sebuah kesempatan, lalu emosi-emosi yang kita rasakan menjadi sebuah tanda untuk mengetahui bahwa ada sesuatu yang belum selaras dan belum selesai dalam hidup kita.
Jadi persimpangan yang ada dalam kehidupan kita itu merupakan pengingat bahwa ada kesempatan-kesempatan dalam perjalanan hidup kita yang perlu diselaraskan dengan kita yang sebenar-benarnya.
Nah, kita yang sebenar-benarnya ini apa?
Tunggu, tahan dulu jangan kesusu (tergesa-gesa).
Awas itu semua hanya Hipotesa
Persimpangan merupakan pengingat bahwa ada kesempatan yang perlu diselaraskan dengan kita yang sebenar-benarnya
Pendekatan yang perlu Dialami Langsung
Apa
Pendekatan pertama mengenai APA, dalam hal ini menyatakan sebagai object yang disuka, object yang membuat kita beresonansi. dan APA ini tidak hanya berhenti pada suka saja namun juga mau untuk memahami sampai sedalam apa kita beresonansi atau suka pada object tersebut.
Upaya
Pendekatan kedua berbicara mengenai upaya yang kita kerahkan dan sesuatu yang dilakukan ini malah membuat kita semakin berenergi, bukan malah membuat semakin lelah. Jadi perlu di amati juga apakah upaya yang sudah dilakukan membuat kita semakin bersemangat atau malah tidak bersemangat?
Siapa
Pendekatan ketiga setelah menemukan APA dan melakukan UPAYA adalah menemukan Siapa. Siapa disini berbicara tentang orang-orang yang akan merasakan dampak dari APA dan UPAYA yang kita kerjakan dan berbicara tentang orang-orang yang bersinergi membantu kita. Sehingga ketika kite berkumpul dengan orang-orang tersebut kita merasakan nyaman bersama mereka.
Agenda
Pendekatan terakhir berterkaitan dengan wujud APA, UPAYA dan SIAPA yang akan kita tinggalkan dan yang kita inginkan agar orang lain bisa meneruskan. Agenda jika di sedehanakan ini seperti E=MC² nya Albert Einstein. Paham kan?
Nah, dari keempat pendekatan tersebut Mas Ivandeva mengharuskan untuk berliterasi (mengalami langsung) secara terus-menerus sebagai latihan untuk mempertajam penyelarasan diri.
Terutama ketika membicaran soal passion. Passion ini bersifat Me Centris yang sifatnya kedalam diwujudkan dari Apa dan Upaya.
Supaya lebih mudah kita ambil contoh yang terjadi dalam saya ya.. (Tidak apa-apa Kan? 😀)
Contoh: Saya adalah 100% karyawan yang bekerja dalam perusahaan IT sebagai Talent and Development dimana passion saya adalah melakukan traveling, dan photography.
Dari permisalan ini kita harus analisa menggunakan 4 pendekatan yang tadi sudah dijelaskan :
- Apanya : Saya suka Traveling dan photography
- Upayanya : setiap 1 minggu sekali menjelajah untuk mengambil foto di object wisata atau tempat-tempat yang dekat, menyediakan 1 jam untuk belajar cara mengambil foto dengan mengikuti tutorial online, menyisihkan secara rutin budget untuk melakukan traveling. Menulis cerita tentang traveling dan foto saya.
- Siapanya : Orang-orang yang membutuhkan informasi tentang tempat yang pernah saya kunjungi, orang-orang yang membutuhkan cerita tentang tempat yang belum pernah mereka kunjungi.
- Agendanya : Saya ingin menjadi petualang pertama dalam sejarah keluarga besar saya, yang tidak takut dan ragu dalam mewujudkan mimpi.
Catatan tambahan mengenai mengalami langsung atau berliterasi adalah sebagai berikut:
- Berliterasi tidak bisa setengah-setengah, terus menerus melakukan validasi pembelajaran, bersungguh-sungguh dalam menemukan variable-variable yang menjadi kesukaan kita.
- Berliterasi membutuhkan waktu. Seberapa jauh kita dalam menyisihkan waktu yang kita gunakan dalam berliterasi juga dapat menentukan qualitas kita dalam berselaras.
- Berliterasi dengan Upaya Berproses. Upaya berproses adalah proses untuk berkontemplasi (merenung dan berpikir dengan sepenuh perhatian) untuk tahu ketika berupaya itu tidak mengharuskan, melainkan bersibuk dengan proses.
Menemukan Kembali Diri Sendiri
Seperti halnya benda yang memiliki dua sisi baik dan buruk. Bagaimana jadinya ketika apa yang sudah dilakukan dengan menggunakan 4 metode tersebut dan masih gagal dan malah semakin membuat berantakan semuanya?
Ketika Kak Ruby dan Kak Ario mempertanyakan adanya kegagalan dalam persimpangan yang ditemui ini kepada Mas ivandeva. Jawaban yang disampaikan oleh Mas Ivandeva cukup membuat pikiran saya meledak.
Secara tidak sengaja kita bersengaja untuk orang lain.
Nah, Loh! apaan ituuu…
Sebelumnya yang menjadi catatan saya arti kegagalan adalah tidak terjadinya apa yang diharapkan. Ketika menemui kegagalan atas apa yang kita upayakan maka Tindakan kita selanjutnyalah yang menjadi penentu atas perwujudan tujuan kita. Ingat! Upaya itu bersibuk dengan proses.
Sehingga Menemukan kembali diri sendiri, ketika dihadapkan dengan tidak terjadinya apa yang diharapkan adalah:
- Sadar bahwa kita mencintai upaya
- Memahami bahwa berupaya itu tidak mengharuskan
- Tetap melakukan empat pendekatan dengan lebih banyak berliterasi.
Mas Ivandeva juga menambahkan untuk menemukan kembali diri sendiri, kita perlu untuk melakukan jeda minimal satu helaan nafas.
Ketika membiasakan untuk berjeda, dapat memudahkan dalam bersyukur, memudahkan untuk berserah dan terus berusaha tanpa mengharuskan, terus berserah tanpa bermalasan.
Karena setiap kita merupakan pelaku atau instrumen yang mana harus sadar untuk siap melalui dan melalukan. Setiap kita itu di tunggu oleh siapapun, ditunggu untuk memudahkan orang lain. Maka semua berangkat dari kita, dan semua yang kita kerjakan itu hampir pasti untuk orang lain, dan pastinya kita mendapat dampaknya, dengan banyak belajar, lebih mahir, dan lain sebagainya.
Terima kasih, sudah menyempatkan membaca catatan saya sampai akhir ini. Mari berproses bersama 😀
2 Comments
ivandeva
Baru ketemu ini, Yolanda.
Terimakasih ya berkenan mendengarkan dan berkenan berbagi.
Semoga banyak pintu kebaikan yang terbuka.
Salam,
Ivandeva
Yolanda Krisnadita
Wooo,, Terima Kasih Kak, Saya senang dengan Sharing-nya.