Halo Bromo, Apa Kabar?
6 Juni 2021, Hari pertama aku mengunjungi Gunung sepanjang tahun 2021. Gunung pertama yang aku datangi di tahun ini adalah Gunung Bromo. Kawasan Gunung Bromo selalu jadi pengobat rindu saat enggak bisa melakukan trekking. Untuk menuju Gunung Bromo ada 3 jalur yang biasa wisatawan gunakan:
Pertama Lewat Probolinggo Surabaya – Tongas Probolinggo – Sukapura – Cemoro Lawang – Bromo
Kedua Lewat Pasuduan – Pasuruan – Tosari – Wonokitri – Bromo
Ketiga Lewat Malang – Tumpang – Gubugklakah – Ngadas – Jemplang – Bromo
Persiapan yang dibutuhkan untuk berwisata Ke Gunung Bromo adalah:
- Melakukan pendaftaran atau booking online melalui website resmi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Pada saat pendaftaran jangan lupa untuk mengecek kuota yang ada dalam website resminya. dan pastikan seluruh nama peserta sesuai dengan KTP/Identitas resmi. Jika masih kesulitan silahkan di baca tutorial booking wisata Gunung Bromo
- Setelah mendaftar lakukan pembayaran dengan cara transfer menggunakan nomer virtual yang terkirim. Saran! lakukan transfer 15 menit setelah menerima nomor virtual account yang diterima. Karena virtual account tersebut menurut aku memakan waktu belum realtime. Untuk biaya tiket masuk WNI sebesar Rp. 29.000 di hari biasa dan Rp. 34.000 dihari libur (tanggal merah)
- Jangan lupa H-1 sebelum keberangkatan untuk membuat surat sehat ke Puskesmas atau dokter umum. Surat sehat ini perlu di bawa sebagai hasil bukti kita bebas dari sakit. Namun, jika kalian tidak membawa surat sehat, di pos pengecekan tiket juga sudah ada beberapa tenaga medis yang akan memeriksa kalian sebagai bentuk syarat memasuki kawasan TNBTS.
- Penting untuk menyiapkan foto kopi KTP atau indetitas resmi yaa..
Semua persyaratan tersebut lazimnya akan di periksa di titik pengecekan Tiket di ketiga titik jalur menuju Gunung Bromo. Yakni Cemoro Lawang untuk yang lewat Probolinggo, Wonokitri untuk yang lewat jalur Pasuruan, dan Ngadas untuk yang lewat jalur Malang.
Kali ini aku berangkat lewat Pasuruan, karena terakhir lewat Pasuruan ini di Tahun 2011. Waaaahh,, Gakerasa kalo sudah 10 Tahun saja.
Perjalanan kali ini aku enggak sendiri, aku ditemani seorang teman bernama Eric. Kami berdua ke Bromo naik Motor Eric. Kami berangkat dari Rumah jam 21:20 WIB. Terlalu dini memang, kami meutuskan untuk menginap semalam di rumah Kawanku Kuncung di Desa Nongko Jajar. Pertama kali ini aku melakukan perjalanan malam melewati jalur Pasuruan ini, tanjakan dan turunan memang sudah menjadi khas untuk menuju Gunung Bromo.
Sampai di rumah Kuncung kami beristirahat sampai jam 03:00 Pagi. Dari Nongko Jajar ke Bromo memakan waktu 2 jam. Di Gunung Bromo ada beberapa spot untuk bisa melihat sunrise. Spot tersebut diantaranya Penanjakan, Bukit Cinta, dan Bukit Kingkong. Kami berdua memutuskan melihat Sunrice dari Bukit Kingkong karena aku penasaran dengan selimut kabut yang menjambatani antara Gunung Bromo dan Perkampungan Desa Tengger.
Waaaahh,, rasanya healing sekali menikmati perpaduan suhu dingin Gunung Bromo dan hangatnya sinar matahari. Kami berdiam cukup lama untuk melihat fenomena alam yang tiada tandingannya ini. Dari Kabut tebal yang mulai menipis, riuh orang-orang yang menikmati pemandangan serta beberapa suara noise suara jepretan kamera.
Seusai menikmati suasana pagi yang menyegarkan, kami memutuskan untuk turun dan mendekat ke Gunung Batok yang ada di Kawasan Gunung Bromo. Selama perjalanan pemandangan alam yang disuguhkan tak pernah berhenti buat kami berdecak kagum. Saat kami melewati salah satu jalan untuk turun ke Lautan pasir, ada satu area dengan sinar matahari menembus pepohonan, bagus sekali. Kami menyebutnya “Spot Cahaya Ilahi”
Diperlukan kesabaran untuk mengambil foto estetik ini karena tempat kami mengambil foto ini adalah jalan utama menuju ke lautan pasir. sehingga kami harus menunggu banyak kendaraan lewat dan jalanan menjadi lenggang.
Aku seneng banget waktu bisa dapat foto seperti diatas, karena ini pengalaman pertama aku belajar foto.
Sesampainya di lautan pasir, kami mengendarai motor kami berdua secara bergantian. Perlu hati-hati ekstran karena motor yang kami gunakan bukan motor Khusus untuk medan pasir.
Spesialnya Ke Bromo kali ini, kami pulang menyebrangi lautan pasir turun lewat jalur Tumpang atau Malang. Karena melanjutkan untuk main ke Kota Malang. Saat perjalanan pulang sedikit macet karena ada mobil Jeep yang mogok. Untuk kedepannya mungkin ingin mengunjungi Gunung Bromo lagi lewat jalur Probolinggo.
Catatan!
- Saat di Post Pengecekan di Wonokitri, Tiket kami di cek, surat sehat tidak ditanyakan. Menurutku ada ketidak disiplinan dalam proses pembelian tiket. Karena ada beberapa pengunjung yang melakukan pembelian tiket secara on the spot (datang langsung) tanpa melalui booking secara online. Ada pula yang satu orang mendaftar secara online, namun membawa banyak pasukan dan pasukannya ini membayar tiket secara langsung. Sehingga penentuan Kuota pada website jadi diabaikan dan kurang tepat sasaran.
- Jalur Ke Bromo dari Pasuruan lebih curam dibanding lewat Malang. khususnya ketika menuju Lautan pasirnya. 100% Kalian musti hati-hati.
- Jika ada budget lebih sangat amat disarankan untuk menyewa jasa Jeep saja. Karena naik motor sangat melelahkan. Kecuali jika memang kalina masih darah muda. hahahahah.
Yah begitulah ceritaku mengunjungi Gunung Bromo. Semoga kalian sehat selalu dan bisa ke Gunung Bromo.